charging

Sebenarnya baterai lithium-ion tidak selalu bisa menyerap daya dengan cepat saat diisi. Namun ada kondisi tertentu yang ternyata memungkinkan listrik bisa lekas tersimpan, tepatnya ketika baterai sudah hampir kosong saat mulai diisi kembali.

charging

Secara umum sebuah baterai dapat menerima charging rate yang lebih tinggi ketika sisa kapasitas dayanya sudah rendah, daripada saat masih berada dalam kondisi yang tinggi. Sehingga baterai yang sisanya tinggal 10 persen biasanya bisa lebih cepat diisi ketimbang saat sisa dayanya masih 50 persen.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Baterailithium-ion pada gadget modern dibekali mekanisme perlindungan terhadap overcharge alias kelebihan pengisian. Kemudian mekanisme ini diterapkan dengan cara memperlambat kecepatan charging saat kapasitas yang terisi sudah melewati batas-batas tertentu supaya pengisian daya bisa lebih mudah dihentikan ketika baterai sudah menjelang penuh.

Biasanya fenomena di atas bisa diamati ketika baterai sudah hampir full. Ketika kapasitas sudah berada di kisaran 90 persen, penambahan persentase bakal berlangsung lebih lambat ketimbang sebelumnya. Tentu saja kecepatan pengisian baterai bergantung pula pada faktor-faktor lain, seperti jenis smartphone dan kemampuan charger yang dipakai.

Sebuah ponsel dengan kapabilitas quick charge, misalnya, bakal kesulitan mengisi baterai dengan cepat apabila dipasangkan dengancharger yang tidak mendukung fitur serupa. Jadi meskipun pengisian bisa lebih cepat saat sisa kapasitas baterai tinggal sedikit, hardware dan software di dalam sistem charging perlu mendukung juga.

Leave a Reply