Saat ini teknologi Wi-Fi memang telah banyak digunakan oleh hampir seluruh pengguna internet di seluruh dunia. Kita bisa menjumpai teknologi nirkabel ini di banyak tempat seperti kantor, universitas, sekolah, mall, hingga kafe. Namun, sebentar lagi dunia akan dikejutkan dengan teknologi terbaru yang bisa mengalahkan sistem wireless tersebut. Teknologi terbaru tersebut bernama Li-Fi. Hingga kini Li-Fi sedang diuji coba dan dipersiapkan. Kini Li-Fi tengah diujicoba pada beberapa lokasi perkantoran dan industrial yang ada di Estonia.
Kedepannya Li-Fi akan menjadi teknologi alternatif selain Wi-Fi. Teknologi ini sedang diuji untuk mengirim data dalam kecepatan 16 bps (Gigabyte per second). Pada kecepatan tersebut, Li-Fi dapat bekerja hingga 100 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan Wi-Fi. Tentu saja dengan kecepatan ini, pengguna dapat mengunduh file-file berat seperti video atau film dengan hidungan detik saja. Bahkan untuk video dengan high definition.
Bahkan Vélmenni, sebuah startup asal Estonia, menyulap teknologi ini menjadi sebuah perangkat wireless. Perangkat Li-Fi akan mentransfer data dengan memakai bohlam LED. Bohlam tersebut akan berkedip pada hitungan nanoseconds. Sehingga tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata manusia sedikitpun. Sinyal Li-Fi tidak akan bisa menembus dinding. Koneksi Li-Fi justru akan mengandalkan cahaya lampu, kemudian hanya dibatasi pada satu ruangan saja. Namun walaupun terbatas, potensi keamanan Li-Fi dinilai ekstra.
Awalnya teknologi Li-Fi dikembangkan pertama kali pada tahun 2011 oleh Professor Harald Haas dari University of Edinburg. Diprediksi teknologi akan menjadi perangkat rumahan yang ramah lingkungan dan efisien. Mengapa demikian? Dipastikan Li-Fi dapat menciptakan koneksi antar perangkat rumahan karena diusung untuk era Internet of Things (IoT). Tak hanya itu saja, Li-Fi juga berguna sebagai bohlam lampu LED.
Lalu bagaimana kinerja dari Li-Fi? Agar Li-Fi bisa bekerja, pengguna membutuhkan dua sumber cahaya yang berbeda pada masing-masing ujung perangkat. Sumber cahaya yang bisa dipakai yaitu LED atau detektor foto (Light Sensor)? Ketika cahaya LED tersebut menyala, cahaya sensor pada ujung perangkat lainnya akan mendeteksi serta mengartikan sebagai biner 1. Di dalam jumlah cahaya LED tertentu tadi, sebuah pesan akan dapat dikirimkan dan kemudian ditangkap oleh detector cahaya pada perangkat lainnya.
Li-Fi memiliki kecepatan data ratusan kali lipat jika dibandingkan dengan Wi-Fi disebabkan karena jenis LED yang merupakan semikonduktor mempunyai sifat berbeda dari jenis lampu lainnya. Keuntungan menggunakan Li-Fi ini adalah cepatnya koneksi dan memudahkan siapa saja untuk mengakses internet. Bahkan di wilayah terpencil yang tidak bisa dijangkau oleh kabel optik sekalipun. Teknologi Li-Fi juga mampu mengurangi polusi elektromagnetik yang dihasilkan oleh gelombang radio.
Namun walaupun memiliki banyak sekali keunggulan, teknologi Li-Fi juga masih memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan sistem Wi-Fi konvensional. Li-Fi yang diterapkan secara base station pada langit-langit ruangan ini membutuhkan direct line of sight atau “pandangan” langsung ke perangkat tujuan. Direct line ini ternyata juga harus dilengkapi receiver khusus, seperti koneksi infra red pada gadget jadul. Selain itu, perangkat tujuan ini juga tidak boleh dipindah-pindahkan. Lalu, apakah teknologi Li-Fi dapat menggantikan Wi-Fi?